MUARA TAWAR 1
Kadang hidup berisi ulangan-ulangan dan pertemuan yg tidak terduga.
Delapan tahun lalu, di bulan Agustus yg panas, saya dipindah dari
Suralaya ke Grati dgn menumpang mobil dinas Kijang bersama empat orang
rekan senasib. Satu dipindah ke Priok, dua ke Tambak Lorok & satu
rekan ke Grati. Setiap kilometer menjauh dari Jakarta menjadi begitu
sendu krn entah mengapa saya merasa tidak akan pernah kembali. Saya
merasa menerima tawaran kerja di PLN adalah kesalahan besar...saat itu.
Tapi ada satu rekan seperjalanan lagi yg ikut kami naik Kijang. Beliau
adalah seorang Manajer Suralaya yg rumahnya di Malang dan suka PP
Suralaya-Malang tiap minggu. Dari acara mengantar "penumpang gelap" yg
satu ini saya jadi tahu Bandara Int'l Soekarno Hatta setelah terakhir
kalinya mengantar tetangga yg akan sekolah ke Arab, itupun saat saya
masih kecil sehingga aslinya sudah tidak ingat apa-apa. Saya juga jadi
tahu ada kota bernama Malang, saat itu nama Malang kedengaran asyik
sekali, yg dibela PP seminggu sekali tentu asyik sekali, bukan?
Ternyata Pak Manajer itu sekarang sudah pensiun. Ternyata Pak Pensiunan
Manajer itu aslinya Perak Grati dan sangat mengenal "dalemannya" unit
kita. Ternyata lagi saya baru tahu itu semua dengan lengkap karena
beliau jadi teman duduk saya di Batavia air Malang-CGK. Selama 1 jam itu
saya tidak bisa sedikitpun tidur seperti biasa karena kami berdiskusi
hangat ttg past-present-future pembangkitan listrik. Kalimat perkenalan
kami di pesawat sangat memalukan dan baru saya ceritakan kpd istri saya
tapi sebagian isi pembicaraan inti sudah saya share kpd Nia. Saya tdk
akan tulis di sini ya...terus untuk apa ditulis? Karena saya percaya
kita cukup dewasa utk merenungkan cerita tersebut.
..........
Cerita lain adalah mundur 12 tahun lalu. Saat saya baru saja digundul
habis seperti sekarang, baru saja melewati OSpek SMAKBo yg kejam &
tidak bermanfaat. Orang tua saya mengatakan di suatu waktu bahwa saya
tidak akan cocok jadi Analis kimia atau bertahan di sekolah itu. Bukan
karena reputasi sekolah kami yg hobi mempertahankan dominasi & mutu
lulusan yg membuat saya marah, bukan juga karena orang tua saya adalah
oknum yg "memaksa" saya meninggalkan sekolah pilihan saya untuk
mendaftar ke sana lalu malah melemahkan saya di tengah jalan. Bukan satu
pun alasan itu yg membuat saya marah. Alasannya adalah karena saya
memang pelupa parah, ceroboh & bahkan tidak bisa merapikan meja
belajar sendiri. Dan saat melihat alat-alat gelas centang perenang di
meja Lab, saya merinding membayangkan berapa yg saya akan pecahkan.
Melihat instrumen high tech berbandrol ratusan juta dgn komputer
kinclong di Lab instrumen saya sudah stres meramal betapa kikuknya saya
nanti. Apalagi melihat senior-senior yg belajar macam orang kesurupan,
saya ingin angkat koper saja karena daya hafal & matematika saya
sepenuhnya underdog sejak SD.
Tapi lalu setahun kemudian saya bisa menyusun meja kerja analisis
sederhana tanpa pernah memecahkan satupun. Pada saat yg sama saya mampu
membuat pola kerja instrumentasi yg sederhana. Dan yg paling mengejutkan
saya mampu menghafal satu lembar Periodic table lengkap dari nomor atom
sampai elektronegatifitasnya lengkap dari Hidrogen sampai Un...ium
(sekarang saya lupa).
Kenapa saya mengalami kemajuan yg pesat? Kalau jawabnya karena atas
rahmat Allah SWT maka saya akan berhenti menulis, walau itu SANGAT
BENAR. Kalau jawabnya krn saya belajar giat, itu juga benar tapi kurang
tepat. Menurut saya jawabnya adalah karena sistemnya telah sedemikian
bagus. Sejak pelatihan koor (paduan suara adalah wajib bagi siswa kelas
1,makanya saya muak lihat boyband sekarang) sampai praktikum lab
dirancang utk membuat siswa berperilaku, berfikir & belajar
analitis. Sistem itu juga begitu dinginnya saat mengeliminasi siswa yg
sudah belajar keras bak kesurupan namun tidak mampu menembus membran yg
dipasang tiap semester. Dan sistem begitu kerennya saat memanggil siswa
berprestasi ke atas panggung untuk difoto lalu diberi hadiah. Karena
saya tidak pintar untuk dipanggil dan menerima hadiah di podium maka
saya pada akhirnya punya cara yg lebih cocok dengan bakat saya untuk
dipanggil ke podium, difoto lalu dilihat & didengar semua siswa
& guru walau tanpa diberi hadiah.
Caranya...ah kita lagi bicara sistem kan?
Saat pertama kali kami melewati gerbang Muara tawar ini kami langsung
tahu kalau ini bukan IPe! Saat bicara dgn staf LK3 (eh ternyata K3 &
Lingkungan di sini satu bapak lho) saya merasa kita belum connect. Apa
lagi waktu kunjungan ke Gudangnya...ampuuun sbg Auditor saya sungguh
berdosa-dosi. Islam mengajarkan kita bahwa murka Allah itu bukan main
thd orang yg berkicau tanpa mengamalkan kicauannya. Ah, alangkah
kejamnya saya kalo mengaudit Gudang ternyata gudang kimia sendiri bagai
neraka sakor & surga 'Adn bila dibandingkan dgn Gudangnya Muara
tawar. Andai kamera HP saya bagus pasti gambarnya akan lebih
mempermalukan lagi, untunglah kamera HP saya begitu tawaddlu. Begitu
pula lay out unitnya, taman-tamannya, 5 S nya (untung engga tanda tangan
fakta 5 S di depan), parkir sepeda berikut sepeda-sepedanya,
warna-warninya dan tentu saja mobil listriknya (ini mah Nia aja yg
mabok!!).
Jawabnya seharusnya sama dgn 12 tahun lalu : sistem.
.....
Jam 10 PM waktu Indonesia Bagian Segarajaya. Saya belum mengantuk tapi
merasa sudah waktunya untuk istirahat. Rasanya lebih lega setelah
menuliskan ini semua. Apakah besok akan disambung lagi? Wallaahua'lam,
mengetik dgn BB itu kurang asik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar