Selasa, 20 September 2011

Lagu Cinta

Memang belum pernah ada yg bisa menandingi indahnya opera hujan di Bogor. Irama tetesan hujan, anginnya yg melesat di antara pohon-pohon dan daun-daun yg ikhlas menari dalam tiupan badai bersama tabuhan perkusi yg dimainkan petir lewat sinaran kilat yg sesekali menghentak seolah jadi iringan parade hidup.

Aku yg termanggu masih seolah tidak percaya apa yg telah aku lewati selama tahun-tahun parade itu berlangsung. Aku seolah lupa pada tiap not irama indah yg dimainkan di depan wajahku. Pada ayam-ayam jantan yg tiada terlupa berzikir di pagi buta. Pada setiap senyuman yg menetes di sela-sela hari sibukku.

…………………………….

Teringat saat Ari kecil duduk di depan tumpukan Buku Psikologi dan Kitab Fikih, membaca sesuatu yg mungkin sangat tidak dia perlukan. Fikirannya menyelam dalam tiap huruf Ayat dan Hadits, tiap guratan tinta para filosof. Semua dalil dan bantahan, pendapat dan debat memenuhi kepala dan meemberatkan mata, lalu dia pun terlelap.

Saat mentari mulai menari mengusik tidurnya, ditatapnya wanita tua itu. Kepalanya  yg tertutup uban putih seolah memberitahukan perjalanan panjang dan pengalaman. Keriputnya adalah tamu yg selalu datang sebagai tanda betapa semakin dekat pada waktunya. Tapi senyumannya menyiratkan deretan putih  ikhlas hati. Dan saat jari-jari tua itu membelai lembut rambut-rambut egois di kepala Ari yg kosong, dari jauh lubuk hati yg paling dalam..Ari merasakan cinta.

Cinta yg selalu datang saat Ari tertidur di atas tumpukan buku. Cinta yg selalu menggantikan buku-buku itu dengan bantal yg lembut dan selimut yg hangat. Cinta yg mengguratkan tanda merah di punggung atau cinta yg mengoleskan sekedar minyak angin di kepala anak yg terlalu banyak ingin tahu itu.

Cinta itu tidak pernah marah walau separah apapun kekotoran yg dibuat Ari. Tidak ada omelan dan cacian keluar walau tak terhitung piring yg pecah oleh anak itu. Juga tangan cinta yg hanya mengusap dan membelai seolah tak punya tenaga untuk memukul pada kebandelan apapun. Hanya cinta, cinta dan cinta yg ada. Yg bicara dalam bahasa cinta, bergerak dalam aliran cinta dan berhenti dalam nafas cinta, untuk kembali kepada Sang Maha Pencinta.

………………………………………

Ya Allah, Wahai pemilik Cinta
Kumohonkan pada-Mu, satu cinta pada hari ini..

Jagalah dia, dalam tidur panjangnya
Gantilah tanah keras itu dengan bantal dan selimut Kelembutan-Mu,
Sebagaimana dia senantiasa memberi Hamba bantal dan selimut yg lembut.

Tanyailah dia dengan Kasih Sayang-Mu,
Sebagaimana dia selalu bertanya dalam cinta.

Tuntunlah dia di Jembatan-Mu,
Sebagaimana dia selalu menuntun hamba saat mulai berjalan dulu.

....................................................

Ari kecil mulai beranjak dewasa, matanya terbuka menimbang hitam dan putih. Tapi dalam hati dia merindu, sesuatu yg pernah menyentuh rambutnya, sesuatu yg telah menyentuh hatinya.